26 September 2008

Terpenjara dalam Belantara Kata

Saat pertama kali hadir ke dunia, setiap anak manusia tidak mengenal kata. mereka hanya mengenal suara. hingga satu setengah tahun, kata-kata seperti tidak berakna di telinga mereka. ketika mulai menginjak dewasa, kata-kata dengan segala referensinya telah memenuhi memori setiap manusia. Kata-kata hadir dan muncul bersama kerabatnya si setiap ruang dan waktu.

Di negeri yang bernama Indonesia, kata-kata juga berlaku sama dengan di seluruh pejuru dunia. Bedanya, di sini kata-kata bisa diperjualbelikan. Dan para penjual kata bergeoman harta dan kuasa karena kebodohan anak bangsa yang menjual murah dan membeli terlalu mahal kata-kata dan suaranya.

Ketika tahta kekuasaan yang terpusat di Senayan mulai terbuka, pertanda penghuni lama harus kembali berjuang mengumpulkan kata dan suara, para penjual kata mulai berkeliling seperti tukang sayur menjajakan kata-katanya. Kata-kata tanpa makna yang lahir dari hasrat kuasa bersalut angkara. Beberapa minggu lagi kita mungkin akan segera mendengar kata-kata lama yang kembali dijajakan kepada sanak saudara kita sebangsa.

Pada kesempatan lain, hutan belantara dibabat habis. Persediaan uang negara dihisap untuk kepentingan kelompok dan keluarga. Lantas mereka membangun benteng pertahanan dengan kata-kata lewat mulut para juru bicara dan pengacara.

Kita, anak bangsa yang hidup dalam kelimpahan alam harus meringis menahan pening di sudut kepala karena tak banyak yang bisa dicerna anak-anak negeri kita. Kekayaan negeri kita telah lenyap ditelan para durjana. Dan kita selalau saja terpenjara dalam belantara kata yang ditebarkan di sepanjang jalan, sisi-sisi trotorar, pertigaan, depan pasar dan tempat ibadah, halaman-halaman kantor dan tempat-tempat lainnya. Kata-kata itu sengaja disebar untuk memciptakan belantara kata yang akan membuat setiap anak bangsa tersesat di dalamnya.

Pesanku, "jangan pernah dengarkan para penjual kata. Jangan biarkan diri kita terpenjara dala belantara kata yang ditanam oleh para durjana. Jangan pernah babat belantara kata, karena sekali dibabat, ia justru akan tumbuh dengan berpuluh-puluh dahan. Biarkan kata-kata mereka mati dan lekang oleh waktu."

No comments:

"The Winner Never Quit and The Quitter Never Win"