20 September 2008

Masnawi Jalaluddin Rumi

Salah satu karya besar dalam bidang sastra adalah Masnawi karya Jalaluddin Rumi. Puisi ini berjumlah kurang lebih 25 ribu sajak. Sudah diterjemahkan dalam beberapa bahasa dan dianggap sebagai salah satu karya yang paling sulit diterjemahkan karena kedalaman maknanya. Tiap kata selalu mempunyai acuan namun tidak semua acuan mengacu pada satu kata. Satu kata bisa mengacu pada banyak hal dan itulah yang ada dalam kata-kata yang terangkai dalam masnawi. Bait-bait berikut ini adalah hasil terjemahan saya atas masnawi versi bahasa arab yang diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Abd Salam Kafafi. Muh. Kafafi meninggal saat sedang engerjakan proses penerjemehan ini. Dia baru berhasil menyelesaikan 2 jilid dari 6 jilid Masnawi. Dia sempat mewariskan proyek intelektualnya tersebut kepada muridnya.
Terjemahan Indonesia ini adalah mimpi personal untuk menghadirkan masnawi secara utuh ke hadapan pembaca tanah air. Kritik atas hasil terjemahan ini sangat saya tunggu demi kesempurnaan masnawi versi indonesia. Dalam bulan ini saya akan berusaha menampilkan sepuluh bait masnawi per tiga hari.
Selamat membaca!


Kudengar bagaimana seruling menceritakan kisahnya. Ia meratapi pedihnya perpisahan

"Semenjak dipotong dari rumpun bambu, semua orang menangisi tangisanku

Kudendangkan dada yang sesak karena perpisahan hingga terasakan pedihnya kerinduan

Setiap yang jauh dari asalnya senantiasa akan mencari saat pertemuan

Pada tiap komunitas, aku menjadi sang peratap dan teman orang-orang yang menderita, pun mereka yang bahagia

Setiap insan merasa telah menjadi temanku, namun tak seorang pun pernah mengerti rahasia yang tersimpan di batinku

Rahasiaku berada tidak jauh dari diriku, namun apakah aku ada pada sinar mata atau telinga yang dengannya rahasia-rahasia ditemukan?

Jasad bukanlah tabir roh dan roh bukanlah tabir jasad, namun penglihatan mata roh tidak pernah diperkenankan untuk manusia

Suara seruling adalah api bukan udara, maka tidak ada orang yang hatinya tidak gelisah seperti api itu

Api yang menempati seruling adalah api cinta laiknya anggur yang menggelegak karena sesuatu yang ada di dalamnya, gelora cinta"

1 comment:

Anonymous said...

Halo master sastra,

Ku-kutip terjemahan ini dan kumuat di Jurnal geofilsafat, ya...

Semakin hari semakin selesai terjemahan-mu, dengan segera langsung kuupdate isi di jurnal.

trims..

"The Winner Never Quit and The Quitter Never Win"