kehidupan selalu saja menghadirkan hal baru dan itu selalu mengundang pertanyaan. Semenjak mulai mengenal kata-kata, pertanyaan menjadi sesuatu yang menarik sekaligs menghidupkan. Pertanyaan-pertanyaan cerdas kanak-kanak ketika menemukan hal baru menandai tingkat kepekaan dan kecerdasan anak manusia dalam berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Pun ketika pertanyaan itu seputar dunia idea, yang tak tampak, bahkan non rasional sekalipun.
Sering kita jumpai anak-anak bertanya tentang dunia sekitarnya, tentang nama-nama, tentang fungsi segala benda, tentang sebab akibat, hingga akhirnya bertanya tentang semesta dan Tuhan. Dan seiring bertambahnya kecerdasan, anak-anak akan mulai bertanya tetang dirinya. Dia bertanya pada orang lain, orangtuanya, lalu pada dirinya sendiri. Pertanyaan tentang identitas diri ini lambat laun akan berubah menjadi perburuan identitas, yang isa jadi terpuaskan oleh jawaban yang tersedia dalam keluarga, lingkungan sekitar, lalu dirinya sendiri. Namun jika tak ada jawaban yang memuaskan, tak jarang anak manusia akan berburu ke dunia luar. mencari dan mengejar identitas dalam kelompok, bahkan kerumunan.
Pertanyaan dan perburuan identitas sering terkait erat dengan pemaknaan akan hidup dan nilai-nilai yg hendak diraih dan dijalankan dalam kehidupan seseorang. Meski tampak sederhana, perburuan identitas ini pun kerap melahirkan delusi-delusi yang membuat pemburu identitas tersasar ke dunia lain yang sama sekali "mungkin" tak pernah dibayangkan dan inginkannya.
Sayangnya, tak semua orang berburu identitas berdasarkan sejarah pengetahuan yang dia punya karena pengetahuan itupun bagian dari jenis identitas yang menjadi target buruan. Namun semua orang akan belajar dari narasi yang ada dalam memorinya. narasi yang didapat dari kisah yang dia dengar maupun yang dia baca, baik dari buku cetakan maupun buku pengetahuan yan terbantang dalam lembar-lembar kehidupan anak manusia.
Pertanyaan dan perburuan identitas ini pada dasarnya bersumber dari problem pemaknaan terhadap banyak hal yang dianggap bernilai dan kurang bernilai. Pilihan akan sering dijatuhkan pada sesuatu yang dianggap lebih bernilai, berdasarkan pertimbangan moral, sosial, sekonomi dan politik. Alih-alih mengakui pertimbangan-pertimbangan tersebut, banyak orang menyangkal memory dasar yang menuntun perilaku dan pilihan tindakan mereka dalam mengejar identitas diri dengan melumuri sikap dan pilihan dengan argumentasi-argumentasi "kekinian".
Apapun pertimbangan dan argumentasi yang menghadirkan dan mengikuti pilihan sikap dan tindakan, pertanyaan tentang identitas diri, nilai diri dan cerita diri selalu menyeruak di tengah-tengah pencarian yang kadang menemuai jalan terjal. Maka jangan berhenti bertanya, baik saat longgar maupun sulit. Jangan berpuas dengann satu jawaban, karena kesempurnaan jawaban akan didapat saat kematian tiba. Dan pengakuan identitas yang sesuangguhnya akan diukur saat kita telah meninggalkan semua yang kita lakukan.
15 May 2010
31 October 2009
Babak Baru Pemberantasan Korupsi
Sejarah (keinginan untuk) pemberantasan korupsi di Indonesia telah berlangsung lama namun tak ada kemajuan signifikan. kini sejarah baru telah dimulai dengan ditahannya dua pimpinan (non aktif) KPK, Bibit Samat Riyanto dan Chandra M. Hamzah. Babak baru pemberantasan korupsi tampaknya telah dimulai. Keinginan yang berulang kali dipublikasian pemerintah untuk memberantas korupsi tampaknya hanyalah upaya membangun citra balaka. alih-alih menangkap para koruptor dan buron yang telah melarikan uang rakyat, pemerintah melalui tangan polisi justru sibuk memperkarakan para pendekar pemberantasan korupsi. Dengan dalih penyalahgunaan wewenang, polisi telah menjadikan para pemimpin KPK sebagai tersangka. Dan dengan alasan mempersulit penyidikan karena sering melakukan jumpa pers, mereka menahan Bibit dan Chandra.
Masyarakat sudah cerdas dan tak bisa dibodohi seperti pada masa Orde Baru. Penahanan Bibit dan Chandra terasa sekali dipaksakan dengan alasan yang mengada-ada. Mereka ditahan karena tampaknya polisi mulai merasa bahwa opini yang disampaikan kedua pimpinan KPK tersebut lebih rasional, mendekati kebenaran dan bisa diterima nalar masyarakat Indonesia. Akibatnya, kedua pemburu koruptor itupun ditahan sementara para koruptor dan penjahat negara bebas berkeliaran tanpa sedikitpun upaya untuk menangkap apalagi memenjarakannya.
Inilah babak baru pemberantasan korupsi di Indonesia. Garang dan (seakan-akan) tegas di ucapan namun (ternyata) lemah bahkan mengintimadi orang-orang yang punya dedikasi untuk menghapus korupsi. Inilah saat dimana para koruptor menghirup udara segar bernama dukungan penuh dari pemerintah. Penahanan dua pimpinan KPK (non aktif) secara tidak langsung telah memberi ruang dan dukungan kepada para koruptor yang sudah mulai ketakutan dengan kegarangan, keberanian dan ketegasan KPK.
Tampaknya tidak ada lagi harapan pemberantasan korupsi pada pemerintah yang hanya sibuk mendandani diri dengan mempercantik citra. Namun, sebaik-baiknya orang menyimpan bangkai lama-lama akan tercium juga. Tampaknya dari jaman orde baru hingga soeharto polisi belum banyak berubah. begitu momentumnya kembali, begitu pemerintah kembali menyerupai rezin jaman orde baru maka polisi kembali menerapkan sekian lama pratik-praktik kotor yang telah sekian lama mereka kerjakan. mulai dari praktik pemerasan (atas nama pelanggaran lalulintas) sampai mempidanakan penggugat saksi atas anam pencemaran nama baik, dan kini
menangkap para pemberantas korupsi, alih-alih melakukan pemberantasan korupsi.
Masyarakat sudah cerdas dan tak bisa dibodohi seperti pada masa Orde Baru. Penahanan Bibit dan Chandra terasa sekali dipaksakan dengan alasan yang mengada-ada. Mereka ditahan karena tampaknya polisi mulai merasa bahwa opini yang disampaikan kedua pimpinan KPK tersebut lebih rasional, mendekati kebenaran dan bisa diterima nalar masyarakat Indonesia. Akibatnya, kedua pemburu koruptor itupun ditahan sementara para koruptor dan penjahat negara bebas berkeliaran tanpa sedikitpun upaya untuk menangkap apalagi memenjarakannya.
Inilah babak baru pemberantasan korupsi di Indonesia. Garang dan (seakan-akan) tegas di ucapan namun (ternyata) lemah bahkan mengintimadi orang-orang yang punya dedikasi untuk menghapus korupsi. Inilah saat dimana para koruptor menghirup udara segar bernama dukungan penuh dari pemerintah. Penahanan dua pimpinan KPK (non aktif) secara tidak langsung telah memberi ruang dan dukungan kepada para koruptor yang sudah mulai ketakutan dengan kegarangan, keberanian dan ketegasan KPK.
Tampaknya tidak ada lagi harapan pemberantasan korupsi pada pemerintah yang hanya sibuk mendandani diri dengan mempercantik citra. Namun, sebaik-baiknya orang menyimpan bangkai lama-lama akan tercium juga. Tampaknya dari jaman orde baru hingga soeharto polisi belum banyak berubah. begitu momentumnya kembali, begitu pemerintah kembali menyerupai rezin jaman orde baru maka polisi kembali menerapkan sekian lama pratik-praktik kotor yang telah sekian lama mereka kerjakan. mulai dari praktik pemerasan (atas nama pelanggaran lalulintas) sampai mempidanakan penggugat saksi atas anam pencemaran nama baik, dan kini
menangkap para pemberantas korupsi, alih-alih melakukan pemberantasan korupsi.
06 September 2009
Ketika Tuhan Memakai Alam untuk Mengirim Pesan
Gempa dahsyat mengguncang seantero pulau Jawa. Gempa dengan kekuatan 7.3 Skala Richter tersebut terasa kuat hingga di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, jawa Timur hingga Bali. Ada beberapa informasi mengenai pusat gempa. Berdasarkan informasi dari BMKG, gempa bumi tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 2 September 2009 pukul 14:55:00 WIB, pusat gempabumi berada pada koordinat 8,24° LS dan 107,32°BT, dengan magnitude 7,3 SR (Skala Richter) pada kedalaman 30 km. Sedangkan menurut informasi melalui telepon dari USGS pusat gempabumi berada pada koordinat 7,77° LS dan 107,32°BT, dengan magnituda 7,0 Mw (Momen Magnitude) pada kedalaman 49,5 km.
Puluhan orang meninggal dan ribuan bangunan hancur. Semua orang merasa begitu dekat denga kematian saat bumi berguncang. namun berapa banyak yang merasa bahwa getaran bumi yang meluluhlantakkan penghuni bumi Indonesia ini adalah pesan peringatan dari Tuhan? mungkin banyak, mungkin juga tidak... AKhir-akhir ini Indonesia terlalu sering dilanda sehingga semua menjadi [seakan] terjelaskan semata-mata sebagai fenomena alam.
banyak di antara kita yang merasa terancam hidupnya, terutama yang sedang berada di gedung-gedung bertingkat. namun berpaa banyak dari kita yang merasa bahwa kita begitu kecil dan tak berarti apa-apa di bentang alam yang begitu luas. berapa banyak di antara kita yang bisa mengukur diri sudah berapa banyak yang kita lakukan dan memberi kontribusi bagi pelestarian hidup dan kehidupan di muka bumi ini.
Kita yang beragama [Islam] telah mendnegar dan membaca begitu banyak malapetaka menimpa kaum-kaum terdahulu dalam kitab suci kita. namun berapa dalam kita bisa menghayati dan meyakini bahwa semua itu terjadi atas perintah Tuhan sebagai pesan, peringatan dan juga hukuman bagi kaumnya. Segala bencana yang pernah terjadi selalu dijelaskan dalam kitab suci dengan perspektif etis. Namun seberapa mampu kita menyerap pesan etis yang telah disuguhkan dala cerita-cerita qur'ani tersebut?
kini, cerita-cerita yang tak terperi yang pernah menimpa kaum Nabi Nuh, Kaum Nabi Sholeh, Kaum Luth dan kaum-kaum terdahulu kini terjadi di negeri kita, Indonesia. Banjir bandang dan semburan lumpur terjadi karena ulah tangan-tangan manusia. Namun gempa dan tsunami seakan tak ada kaitannya dengan perlakuan manusia terhadap alam. Namun bagi kaum yang percaya pada Tuhan, semestinya kita bisa mencoba melakukan refleksi atas segala yang telah kita perbuatan di dunia ini. Saat alam yang diciptakan oleh Tuhan telah bergerak, tentu ada yang menggerakkan. dan gerakan itu bisa berarti sebuah pesan. tugas kita untuk memaknai pesan yang sudah dikirimkan kepada kita semua karena Tuhan tidak lagi memakai malaikat untuk menyampaikan pesan kepada umat yang terlalu permisif dengan korupsi dan perilaku-perilaku tidk terpuji. Negeri ini bukan negeri terlaknat karena keindahannya, konon bagaikan surga. namun penghuni dan pemimpin negeri ini tampaknya kurang menunjukkan rasa syukur dengan menjaganya dari perilaku korupsi yang mencuri hak-hak anak negeri dan mendustai hati nurani.
Di bulan Ramadhan ini, mari kita renungi hari-hari yang sudah kita jalani dan teguhkan niat untuk memperbaiki diri....[]
Puluhan orang meninggal dan ribuan bangunan hancur. Semua orang merasa begitu dekat denga kematian saat bumi berguncang. namun berapa banyak yang merasa bahwa getaran bumi yang meluluhlantakkan penghuni bumi Indonesia ini adalah pesan peringatan dari Tuhan? mungkin banyak, mungkin juga tidak... AKhir-akhir ini Indonesia terlalu sering dilanda sehingga semua menjadi [seakan] terjelaskan semata-mata sebagai fenomena alam.
banyak di antara kita yang merasa terancam hidupnya, terutama yang sedang berada di gedung-gedung bertingkat. namun berpaa banyak dari kita yang merasa bahwa kita begitu kecil dan tak berarti apa-apa di bentang alam yang begitu luas. berapa banyak di antara kita yang bisa mengukur diri sudah berapa banyak yang kita lakukan dan memberi kontribusi bagi pelestarian hidup dan kehidupan di muka bumi ini.
Kita yang beragama [Islam] telah mendnegar dan membaca begitu banyak malapetaka menimpa kaum-kaum terdahulu dalam kitab suci kita. namun berapa dalam kita bisa menghayati dan meyakini bahwa semua itu terjadi atas perintah Tuhan sebagai pesan, peringatan dan juga hukuman bagi kaumnya. Segala bencana yang pernah terjadi selalu dijelaskan dalam kitab suci dengan perspektif etis. Namun seberapa mampu kita menyerap pesan etis yang telah disuguhkan dala cerita-cerita qur'ani tersebut?
kini, cerita-cerita yang tak terperi yang pernah menimpa kaum Nabi Nuh, Kaum Nabi Sholeh, Kaum Luth dan kaum-kaum terdahulu kini terjadi di negeri kita, Indonesia. Banjir bandang dan semburan lumpur terjadi karena ulah tangan-tangan manusia. Namun gempa dan tsunami seakan tak ada kaitannya dengan perlakuan manusia terhadap alam. Namun bagi kaum yang percaya pada Tuhan, semestinya kita bisa mencoba melakukan refleksi atas segala yang telah kita perbuatan di dunia ini. Saat alam yang diciptakan oleh Tuhan telah bergerak, tentu ada yang menggerakkan. dan gerakan itu bisa berarti sebuah pesan. tugas kita untuk memaknai pesan yang sudah dikirimkan kepada kita semua karena Tuhan tidak lagi memakai malaikat untuk menyampaikan pesan kepada umat yang terlalu permisif dengan korupsi dan perilaku-perilaku tidk terpuji. Negeri ini bukan negeri terlaknat karena keindahannya, konon bagaikan surga. namun penghuni dan pemimpin negeri ini tampaknya kurang menunjukkan rasa syukur dengan menjaganya dari perilaku korupsi yang mencuri hak-hak anak negeri dan mendustai hati nurani.
Di bulan Ramadhan ini, mari kita renungi hari-hari yang sudah kita jalani dan teguhkan niat untuk memperbaiki diri....[]
Subscribe to:
Posts (Atom)